Pendidikan Kreatif
Proses pendidikan yang ideal adalah proses pendidikan yang dikemas dengan memperhatikan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Jika Proses pendidikan dapat melaksanakan ketiga aspek tersebut secara seimbang, maka output pendidikan akan mampu mengantisipasi perubahan dan kemajuan zaman.5 Akan tetapi, proses pendidikan yang berlangsung saat ini di Indonesia, masih terlalu mementingkan perkembangan aspek kognitif pada tataran pengetahuan dengan mengabaikan persoalan kreatifitas peserta didik. Akibatnya, output pendidikan saat ini tidak mampu berdiri di atas kemampuannya sendiri. Ratusan ribu sarjana menganggur. Salah satu sebabnya adalah mereka tidak memiliki kreativitas. Akibatnya, mereka lebih suka tergantung pada orang lain. Cita-cita favoritnya adalah menjadi pegawai negeri. Padahal pemerintah telah memberlakukan kebijakan zero growth dalam rekrutmen pegawai negeri.6Proses pembelajaran di sekolah lebih mementingkan target pencapaian kurikulum dibanding penghayatan isi kurikulum secara imajinatif dan kreatif. Demikian halnya dengan proses pembelajaran di perguruan tinggi. Gejala ini tampak sejak proses pendidikan pada tingkat Dasar sampai pendidikan tingkat tinggi. Sejak memasuki sekolah tingkat Dasar sampai tingkat Menengah, bahkan menjelang SPMB, anak-anak masa kini sudah dikondisikan untuk mencapaihasil belajar dalam arti kognitif setinggi mungkin. Para orang tua mengirim anak-anak mereka ke lembaga les privat, agar ketika mengikuti Ujian Akhir Negara nanti meraih NEM tinggi dan akhirnya lulus tes di perguruan tinggi favorit. Para orang tua lupa, bahwa dengan hanya mengejar NEM tinggi melalui les privat akan merugikan perkembangan kreativitas anak-anak mereka. Mengapa demikian? Karena lembaga les privat dalam proses pembelajarannya seringkali menggunakan pendekatan drill, tanpa memberi kesempatan yang luas untuk berpikir secara imajinatif dan hipotetik. Berpikir secara imajinatif dan hipotetik dapat dilatih melalui pendekatan problem solving, discovery dan inquiry. Membiasakan peserta didik,baik siswa maupun mahasiswa, berpikir secara hipotetik akan memperkaya imajinansi, sehingga mendorong mereka untuk berprilaku kreatif.